Selasa, 1/9/2009 11:24 WIB
KOMPAS.com - Dua puluh enam tahun Biyan Wanaatmadja, yang lebih dikenal dengan nama Biyan, berkiprah di ranah fashion. Selama itu pula ia menunjukkan kepiawaiannya dalam mengolah kain menjadi sebuah pakaian yang jatuh indah di tubuh wanita pemakainya. Seakan belum ada kata berhenti, Biyan memamerkan hasil kreasinya dengan peragaan busana yang ia beri tajuk, Sense.
Tak seperti kebanyakan perancang yang menggunakan inspirasi keindahan di sekitarnya, Biyan justru mendapatkan inspirasi untuk peragaan busananya dari tempat yang tak disangka, pasar tradisional. “Sense adalah eksplorasi pengalaman yang merupakan pertautan penjelajahan personal dengan situasi sosial. Pasar merupakan tempat bertemu dan berinteraksinya semua orang dari berbagai lapisan sosial ekonomi. Di pasar, secara tak disadari, semua orang bereksplorasi mengenai kepekaan indera; melihat, berpikir, mencium, menyentuh, mendengar, atau komunikasi,” terang Biyan sebelum peragaan yang dilangsungkan di Ballroom Pacific Place, (26/8).
Ia juga menyatakan, bahwa pasar merupakan sebuah bentuk representatif sebuah tradisi yang nyata, sebagai bentuk akar budaya yang menjadi cermin komunitas sosial pada masanya. Koleksi ini diakui Biyan mengenai sesuatu yang nyata, dan sesuatu yang make sense. Pasar, untuk Biyan merupakan salah satu momen yang penuh inspirasi. Baik itu pasar buah, pasar bunga, juga flea market.
Koleksi Sense terinspirasi dari intuisi alami orang-orang yang ada di pasar. "Orang-orang pasar", merupakan orang-orang yang real, rileks, leluasa, dan bebas bereksplorasi. Memang, jika ditilik, tak jarang kita terpaksa atau mau tak mau, terkungkung dengan mode dan tren, sehingga apa yang ingin kita kenakan didikte oleh majalah dan toko-toko. Sementara “orang pasar” dengan nyamannya memilih pakaian, baik corak, bahan, dan bentuk sesuai nalurinya. Mereka dengan bebasnya berekspresi lewat penampilan, entah itu dalam memilih warna, menyelendangkan kain, mengikat rambut, bahkan menumpuk baju sesuai naluri setiap individu. Hal ini merupakan kerinduan Biyan akan kebebasan bereksplorasi.
Selama ini Biyan dikenal dengan koleksi yang sangat feminin, cenderung berwarna kalem, anggun, dan melambai. Namun, di usia ke-26 tahun kiprahnya, Biyan menyuguhkan banyak kejutan. Biyan menyuguhkan koleksi yang penuh warna pekat, bercorak, padu padan tekstur, dan permainan warna bahkan dalam satu pakaian. Kecantikan koleksi yang memberikan sentuhan indahnya lekuk tubuh seorang wanita ini makin terlihat unik dengan presentasi panggung yang menarik. Biyan menghadirkan pemain teater untuk berperan sebagai “orang-orang pasar” di atas panggung yang ditata layaknya pasar tradisional.
“Koleksi ini merupakan sesuatu yang real, fantasy, dan dreaming, tapi tetap make sense. Saya ingin pakaian ini memiliki fungsi. Tak hanya bisa dikenakan hanya 1 kali saja. Saya ingin pakaian-pakaian ini bisa dipadupadankan. Sekali waktu ia bisa terlihat formal, namun ketika dipadankan dengan bawahan atau atasan lain, ia bisa terlihat santai,” terang Biyan.
Untuk koleksinya ini, Biyan yang juga dibantu oleh pihak produsen batu kristal, Swarovsky, memadukan banyak ragam corak yang tak biasa oleh Biyan. Ia menggunakan corak juxtaposition (sejajar) multi prints, soft embossed, buket bunga, bahkan kristal Swarovsky yang ditata dengan bentuk buah. Pola-pola ini digunakan dalam kain-kain yang terlihat halus dan berkilau, seperti silk jacquard, organza, sifon, bahkan tulle yang memiliki corak polkadot. Seperti disebutkan sebelumnya, warna-warni yang dipresentasikan Biyan kali ini memang tidak biasa, seperti hijaunya paprika, merahnya jambu, biru ceria, ungu terung, jingga pepaya, lilac, violet, salmon, merah jambu, dan tentunya emas metalik.
Biyan mendesain ragam blus (wrapped dan kimono), atasan bertumpuk, dress, rok, jaket berstruktur, hingga celana harem yang bertumpuk (draped). Sementara untuk siluet, terdapat banyak tipe yang digunakan, seperti loose fitted, rok yang dibuat layaknya cara orangtua jaman dulu mengikat sarung di pinggang, one shoulder, layering, juga kaus basic dengan sedikit siluet untuk mempermanis. Masing-masing seakan memberikan kesan, bahwa sesuatu yang biasa bisa menjadi luar biasa jika saja Anda tahu bagaimana menyiasatinya.
NAD
foto: kristianto poerwono
http://female.kompas.com/read/xml/2009/09/01/1124062/dari.pasar.naik.ke.catwalk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar